Menancapkan Layar Antikorupsi di Tengah Warga Desa

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setidaknya sudah 11 tahun menggunakan film pendek untuk mengampanyekan antikorupsi. Lewat Anti-Corruption Film Festival (ACFFest), film dianggap efektif menyampaikan pesan antikorupsi.
Tahun ini, salah program ACFFest Movie Day 2025, memutar film 25 titik di 8 provinsi se-Indonesia sepanjang Juni hingga Agustus 2025. Di Provinsi Jawa Tengah, Movie Day 2025 diusung CLC Purbalingga memutar film di tiga titik, dua kabupaten.
Dengan medium layar tanjleb, Movie Day digelar pada Kamis malam, 26 Juni 2025 di Desa Karanggintung, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jumat malam, 26 Juni 2025 di Desa Karangtalun, Kecamatan Bobotsari, Sabtu malam, 27 Juni 2025 di Desa Serayu Larangan, Kecamatan Mrebet, kedua titik di Kabupaten Purbalingga.
Di tengah pemutaran setiap titik, digelar sesi sosialisasi oleh Paksi KPK yaitu penyuluh antikorupsi selama 15 menit. Paksi berperan sebagai agen perubahan yang memberikan eduksi dan pencegahan korupsi kepada masyarakat.
Penyuluh Antikorupsi (Paksi) KPK Kabupaten Purbalingga yang bertugas melakukan penyuluhan saat layar tanjleb di Desa Serayu Larangan Fita Fatmawati, S.Si., M.Si. menganggap, pemutaran film-film antikorupsi ini sangat membantu tugas kami untuk menyosialisasikan apa itu korupsi, bahaya, dan dampaknya bagi masyarakat. “Sosialisasi dengan film itu dirasa lebih mudah dipahami karena dengan kemasan yang menghibur,” katanya.
Sementara Kepala Desa Karangtalun Heru Catur Wibowo mengatakan bahwa film-film yang diputar pas untuk warga yang datang menonton. “Mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, dan orang tua. Film memang dirasa tepat untuk menyampaikan pesan apapun kepada warga,” ungkap kepala desa yang berawal dari pembuat film.
Film-film pendek yang diputar Jangan Takut Jujur, Generate, Di Atas Normal, Black Forest, Ati, Tabrak Lucy, Receh, Baju Wasiat, Sandal Bupati, Suka Telor, dan Hanya Printer. Sementara dua film pendek dari Pelajar Purbalingga yaitu Dol dan Plong produksi Movieda Production SMK Darul Abror Bukateja Purbalingga.
Salah satu penonton di Desa Serayu Larangan Sara Gita Pertiwi menganggap menarik pemutaran layar tanjleb antikorupsi ini. “Film-film pendek yang diputar penting ditonton oleh warga desa, karena mengandung banyak makna terutama makna tentang hidup yang jujur,” ungkapnya.
“Alhamdulillah berkat layar tanjleb ini, hasil penjualan saya lumayan. Acara ini bagus ke depannya bagi para pedagang. Kalau bisa sebulan sekali saja, cukup membantu para pedagang,” ujar Kuat, pedagang mainan anak asal Desa Karanggintung.
Sosialisasi antikorupsi lewat karya film dianggap efektif, karena itu KPK menggunakan film bahkan mempunyai festival film antikorupsi dan tahun ini sudah memasuki tahun ke-11. Program yang ditawarkan pun cukup beragam.
Direktur CLC Purbalingga Bowo Leksono merasa senang saat KPK menyasar sosialisasi antikorupsi ke warga. “Selama ini sosialisasi antikorupsi KPK dengan film kebanyakan ke pelajar dan mahasiswa, ketika menyasar program pemutaran film layar tanjleb untuk warga dirasa tepat,” tuturnya.