FFP 2025

Kisah Layar Tanjleb Mampu Bercerita untuk Selamanya

Kisah Layar Tanjleb Mampu Bercerita untuk Selamanya

Layar Tanjleb FFP 2025 Desa Arenan, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga – Di bawah langit yang gelap dan diselimuti angin yang sejuk, warga Desa Arenan berbondong-bondong menuju lapangan MTs Maarif NU 12 Arenan untuk menyaksikan pemutaran film layar tanjleb 19 tahun Festival Film Purbalingga (FFP).

Sebagian warga bernostalgia, sebagian lain yang masih muda menyicipi pengalaman baru, menonton film di ruang terbuka pada Rabu malam, 23 Juli 2025. Sebuah layar putih dan seperangkat sound system dipersiapkan Karang Taruna Satria Singayudha Desa Arenan.

Dimeriahkan para pemusik gamelan dari grup seni karawitan Widji Gesang Budaya dan tarian dari Sanggar Bintari Rahayu, memanjakan penonton yang berdatangan. Terdapat puluhan pedagang UMKM yang ikut meramaikan. Dari pedagang bakso, cimol, cilok, maklor, jasuke, mainan, es teh jumbo, kopi hangat, permainan balon yang sangat digemari anak-anak, dan lainnya.

Salah satu pedagang Iran merasakan kebahagiaannya di malam itu. “Dampak positif acara ini salah satunya ya para pedagang UMKM seperti saya tutut mencicipi rezeki yang ada. Teman-teman pedagang datang dari berbagai wilayah,” ujar penjual Cimol.

Film-film yang diputar malam ini adalah “Puasa Pertama Zia” sutradara Louis Michael Kristianto

produksi Apollo Picture & Oneline Film, “Pirates Of Sepuluh Ribuan” sutradara Muhammad Ahzar produksi Fiktive, “Kuntulan Semangkung” sutradara Baharudin Nadif produksi Senthir Production MAN 1 Banjarnegara, “Mengapa Ibuku Pelit” sutradara Veriska Nur Virdaus produksi SKADIGA Cinema Pictures SMK Diponegoro 3 Kedungbanteng Banyumas, “Ngeplang” sutradara Argya Natha Pratama produksi Cinemadoea SMAN 2 Purwokerto, dan film panjang “Wiro Sableng” sutradara Angga Dwimas Sasongko produksi Lifelike Picture & 20th Century Fox.

“Acara ini mengingatkan masa lalu saat masih kecil. Namun dulu, layar tanjleb masih menggunakan peralatan sederhana. Sekarang sudah jauh lebih modern, tapi suasana yang tercipta ya sama,” ucap Ganang Prio Dwi Prasetiyo selaku Kaur Perencanaan Desa Arenan.

Malam semakin larut, penonton anak-anakpun makin berkurang. Sementara pentonton dewasa tampak terus menikmati setiap film yang diputar, menyambut adegan-adegan lucu dan menyentuh dengan tawa serta tepuk tangan. Layar tanjleb bukan sekadar pemutaran film, melainkan juga ruang interaksi sosial yang mempererat hubungan antarwarga.

Menurut Rijal Pamungkas, ia merasa senang dengan adanya layar tanjleb ini. “Karena warga desa punya kesempatan berkumpul, jadi lebih hangat. Sementara pemudanya lebih aktif lagi,” ujar warga Desa Arenan ini.

Setelah pemutaran film selesai, penonton kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan yang penuh suka cita. Kegiatan ini menjadi momen yang berarti bagi warga desa. Setiap cerita yang tampil dalam layar bukan sakadar hiburan semata, namun menciptakan cinta dalam kehangatan yang tercipta. Kisah layar bukan hanya bercerita malam ini saja, namun menjadi cerita untuk selamanya.

FFP 2025 yang diselenggarakan Yayasan Gairah Sinema Muda didukung Kementerian Kebudayaan, Dana Indonesiana, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Kementerian Pemuda dan Olahraga, Bioskop Misbar, dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dengan komunitas pendukung Sangkanparan Cilacap, Art Film Banjarnegara, dan Hompimpaa Banyumas. Serta mitra program bersama Forum Film Dokumenter, Aceh Documentary, dan komunitas fest.

 

 

Penulis: Selfani

Editor: Bowo Leksono

Berita Lainnya