Aceh Documentary Berbagi di FFP 2025
Focus on: Aceh Documentary – Rangkaian program 19 tahun Festival Film Purbalingga (FFP) menghadirkan sesi istimewa bertajuk Focus on: Aceh Documentary pada Rabu siang, 30 Juli 2025, pukul 13.00 WIB di Bioskop Misbar, Purbalingga. Sesi ini menjadi ruang apresiasi sekaligus refleksi atas geliat sinema dokumenter yang berkembang pesat dari ujung barat Indonesia, Aceh.
Kehadiran perwakilan Aceh Documentary, Azhari Meugit, mengungkapkan tidak menyangka bagaimana berkesempatan berbincang dengan pelajar pembuat film di Banyumas Raya. “Antusias para pelajar lebih banyak bertanya terkait bagaimana ruang gerak kami antara syariat Islam. Banyak yang penasaran tentang Aceh dibalik apa yang diberitakan di media,” ungkap sutradara “Selubung Kain Putih”.
Aceh Documentary dikenal sebagai gerakan film dokumenter yang tidak hanya menyoroti dinamika sosial dan budaya di wilayah Aceh, namun juga menjadi alat advokasi yang kuat bagi suara-suara lokal yang selama ini jarang tersorot. Dalam sesi ini, para penonton diajak menyelami sejumlah karya pilihan yang mencerminkan realitas kehidupan masyarakat Aceh dari kacamata para pembuat film muda yang berani dan kritis.
Menurut Zalfa Tri Novelisa, setelah mengikuti kegiatan ini senang karena berkesempatan menonton film dari Aceh dan juga tidak hanya yang telah terpublish di masyarakat. “Banyak hal yang baru dipelajari terutama bahasa daerah Aceh yang kurang familiar yang menjadikan hal baru bagi saya,” ujar siswa dari SMK Negeri 1 Bawang, Banjarnegara.
Program ini menjadi penting dalam konteks FFP karena membuka dialog antardaerah, membangun solidaritas melalui sinema, serta memperluas cakrawala penonton terhadap keragaman perspektif di Indonesia. Dokumenter-dokumenter yang ditayangkan tidak hanya kuat secara visual, namun juga menyentuh secara emosional, mengangkat tema-tema seperti budaya dan isu lingkungan.
Sementara itu, Seno Aulia Wijayanto, sutradara film documenter “Demokrasi Semu” juga mengungkapkan rasa antusiasnya karena dapat mengetahui kondisi yayasan yang ada di Aceh dalam menjalankan program disana. “Dengan hadirnya program ini, FFP 2025 membuktikan komitmennya untuk menjadi ruang kolektif bagi sinema alternatif yang inklusif dan memberdayakan penonton,” ungkap pelajar SMA Negeri 2 Purwokerto.
FFP 2025 yang diselenggarakan Yayasan Gairah Sinema Muda didukung Kementerian Kebudayaan, Dana Indonesiana, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Kementerian Pemuda dan Olahraga, Bioskop Misbar, dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dengan komunitas pendukung Sangkanparan Cilacap, Art Film Banjarnegara, dan Hompympa Banyumas. Serta mitra program bersama Forum Film Dokumenter, Aceh Documentary, dan komunitas fest.
Penulis: Rafi Maulana Putra
Editor: Bowo Leksono








