Kabupaten Sumbawa, salah satu kabupaten sekaligus pulau di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Memiliki sebuah festival film yaitu Festival Film Sumbawa (FFS) yang tahun ini memasuki penyelenggaraan ke-4 mulai 21-26 November 2023.
Festival Film Purbalingga (FFP) berkesempatan menyambangi festival yang digelar Sumbawa Cinema Society (SCS) ini, untuk saling berbagi dalam rangka kunjungan ke berbagai festival film di Indonesia.
Penasihat FFP Bowo Leksono yang turut serta mengatakan, kunjungan FFP ke FFS dalam rangka program kunjungan FFP ke berbagai festival film di daerah di Indonesia. ”Kami sekaligus menawarkan program dan berbagi program untuk saling menguatkan,” ungkapnya.
FFP tak hanya berkesempatan memutar pemenang dan nominasi film-film pelajar sekaligus diskusi di FFS, namun beragam diskusi dan berbagi pengalaman dalam mengelola komunitas film. Rombongan dari FFP terdiri dari empat punggawa dan satu pembuat film pelajar.
”Senang banget ya di sini bisa sharing sekaligus diskusi sesama pelajar terkait film, banyak pengalaman dan wawasan yang saya dapat dan merupakan pencapaian tersendiri. Lebih jauh saya jadi berpengalama pertama ke luar Pulau Jawa naik pesawat terbang,” tutur Marcela Rahayu pemain film ”Percakapan Hampa” mewakili sutradaranya.
FFP membawa lima film pendek fiksi dan dokumenter pelajar nominasi FFP 2023 dan video profil FFP untuk diapresiasi khalayak FFS. Film-film tersebut adalah ”Percakapan Hampa” sutradara Feby Dwi Setyani dan ”Penjahit Terakhir” sutradara Desti Suci Cahyani, keduanya produksi Kafiana Production SMK YPLP Perwira Purbalingga.
Lalu ”Dalan Ruwag” sutradara Vebita Saputri dan ”Mantu Kiai” sutradara Muchammad Risyad Ali Ramadhon, keduanya produksi Movieda Production SMK Darul Abror Bukateja Purbalingga dan ”Pedangan” Sutradara Olivia Nur Andini produksi Hika Production SMK HKTI 2 Purwareja Klampok Banjarnegara.
Sutradara pelajar Muhammad Ardan Fadil usai menonton program pemutaran film pelajar FFP 2023 merasa sangat tertarik dan tertantang. ”Saya sangat tertarik dengan dokumenter yang berjudul Dalan Ruwag. Pembuat film tidak hanya jeli tapi juga berani dalam memilih masalah untuk dijadikan film,” ungkap pelajar kelas XII IPA SMA Negeri 1 Sumbawa yang karyanya diikutkan di FFS 2023.
FFS dan FFP adalah festival film yang dikelola komunitas film dengan napas dan semangat yang relatif sama. Program-program di kedua festival film itu relatif sama seperti penguatan film pelajar dan pemutaran film ke desa-desa dengan medium layar tanjleb. Pada setiap diskusi, kedua festival film saling menguatkan dan menginspirasi.
Yuli Andari, Penggagas sekaligus Direktur Program FFS berujar, FFS merasa sedikit banyak terinspirasi dari pergerakan FFP yang lahir lebih dulu. ”Makanya, dengan kedatangan kawan-kawan FFP membuat kami lebih bersemangat karena jadi ada pertukaran gagasan, sharing bagaimana pengalaman membangun komunitas, dan cara merangkul sekolah agar FFS semakin mengakar,” tutur filmmaker ini.
Program kunjungan ke FFP ke FFS ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dana Indonesia, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).