Laras-laras sejuk menyangga suasana di antara bukit dan lembah terbangun riuhnya langkah kaki ratusan orang untuk berkumpul di bawah dan di luar tenda, suasana jadi menghangat.
Sebuah festival sederhana namun terasa akrab dan hangat yaitu Ruang Rupa Record Festival (RRRec Fest) In The Valley 2023 digelar di Tanakita Five Star Camping Ground, Situgunung, Sukabumi, Jawa Barat pada 6-8 Oktober 2023. Tahun 2023 ini penyelenggaran RRRec Fest yang ke-6 sejak 2014 silam.
Festival Director RRRec Fest in The Valley 2023 Indra Ameng pada festival tahun ini pihaknya menggelar program Festival Meeting yang bertujuan memberi kesempatan bagi penyelenggara festival di Indonesia untuk bertukar pengalaman dan berbagi cerita. ”Dalam program ini kami sengaja mengundang berbagai jenis festival, tidak hanya yang berfokus pada satu kesenian saja. Dengan tujuan agar tercipta kolaborasi antarfestival yang hadir,” tuturnya.
Festival Film Purbalingga (FFP) pada RRRec tahun ini berkesempatan diundang dan hadir pada program Festival Meeting. Ada 10 festival dalam negeri dan satu festival luar negeri yang diundang sekaligus mempresentasikan konsep festivalnya pada kegiatan tersebut.
Dok Foto
Dok Video
Manajer FFP Fajar Putra Abrian yang berkesempatan hadir mengatakan, tema besar diskusi kali ini adalah kelokalan di penyelenggaraan festival masing-masing. ”Kami berbagi bagaimana FFP dijalankan sepanjang tahun dengan beragam program yang ada,” katanya.
Adapun festival yang berkesempatan berbagi cerita, yaitu Festival Film Purbalingga (Purbalingga ), Bandung Photography Month (Bandung), Bangsal Menggawe (Lombok), Festival Budaya Lembah Baliem (Wamena), Festival Rimbang Baling (Riau), Festival Sastra Banggai (Makassar), Jagakali Art Festival (Cirebon), Kula Worldwide (Mumbai), Penta Klabs (Semarang), Rampak Genteng (Majalengka), dan Synchronize Fest (Jakarta).
“Kita bisa belajar banyak dari teman-teman festival, bagaimana agar bisa konsisten menyelenggarakan festival dan bagaimana mengatasi masalah yang ada walau di setiap daerah mempunyai masalah yang berbeda,” tutur Adhari Donora perwakilan Festival Rimbang Baling.
Dengan diskusi di program Festival Meeting ini terkuak bagaimana proses berdirinya festival-festival yang hadir, berangkat dari berbagai latar yang berbeda. Seperti contohnya Festival Rimbang Baling (Riau) yang berangkat dari kesadaran sekelompok seniman multidisiplin di Pekanbaru akan kebakaran hutan gambut dan maraknya pembukaan lahan untuk perkebunan sawit.
Dan masih banyak lagi permasalahan permasalahan yang muncul saat diskusi berlangsung. Dengan adanya forum ini para penyelenggara festival dapat berbagi pengalaman dan solusi untuk keberlangsungan festival masing-masing.
Penulis: Fajar Putra Abrian
Editor: Bowo Leksono