Giliran, Festival Film Purbalingga (FFP) mengunjungi festival film di ujung Timur Tenggara Indonesia, Flobamora Film Festival (F3) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 13-16 Desember 2023, di UPTD Taman Budaya Gerson Poyk Kupang.
Seperti halnya Festival Film Sumbawa, F3 yang kali ini bertema ”Konektivitas” diinisiai Komunitas Film Kupang (KFK) diantara beragam program, juga menawarkan program yang sama dan membumi, yaitu kompetisi pelajar dan layar tancap ke desa-desa.
FFP memberangkatkan empat punggawa dan satu sutradara pelajar sebagai bentuk hadiah bagi pelajar yang filmnya baru menang di Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta.
”Ngga nyangka dan ngga kepikiran, kayaknya ngga mungkin banget bisa ke Kupang. Tapi lewat karya film, ternyata bisa. Ya ini pertama kali naik pesawat, deg-degan sekaligus senang membawa nama baik sekolah dan nama daerah. Saya di sini bertemu dan berkesempatan kenal dengan para sutradara yang sesama pelajar, saling memotivasi bikin film dengan unsur kedaerahan,” tutur sutradara ”Ebeg Sejoli” Kartika Tri Wardani.
Diputar sekaligus diskusi program Layar Pelajar FFP pada Rabu Sore, 13 Desember 2023. Diskusi menghadirkan Penasihat FFP Bowo Leksono dan sutradara ”Ebeg Sejoli” Kartika Tri Wardani.
Film-film fiksi dan dokumenter pemenang dan nominasi FFP yang diputar, yaitu ”Mantu Kiai” sutradara Muchammad Risyad Ali Romadhon produksi Movieda Production SMK Darul Abror Bukateja Purbalingga.
Dilanjut dokumenter ”Ebeg Sejoli” sutradara Kartika Tri Wardani dan ”Pedangan” sutradara Olivia Nur Andini, keduanya produksi Hika Production SMK HKTI 2 Purwareja Klampok Banjarnegara. Tayangan ditutup video ”Perjalanan Festival Film Purbalingga”.
Salah satu penonton Irvin Adrian Joenathan Riwu menjadi tahu, bagaimana budaya masyarakat Banyumas Raya, dari bahasa, tarian, kehidupan sehari-hari di desa usai menonton film yang dihadirkan FFP. ”Saya juga menjadi tahu, dari film berjudul ”Ebeg Sejoli”, ada tarian yang dirasuki roh yang diusung anak-anak muda sehingga kita tidak merasa khawatir akan kepunahan. Saya tidak terpikir sama sekali, anak SMK bisa membuat film sebagus itu, tidak semua orang mampu melakukan pendekatan seperti dalam film itu,” tutur mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Cendana.
Kompetisi pelajar F3 diputar dua kali, masing-masing memutar empat film pelajar kompetisi fiksi dan dokumenter. Pada pemutaran kedua, Kamis sore, 15 Desember 2023, dipenuhi puluhan penonton. Film-film pelajar yang diputar berkisah terkait budaya dan tradisi yang ada di NTT. Usai pemutaran digelar diskusi dengan masing-masing sutradara film yang kebanyakan perempuan. Sebagian film pelajar kompetisi merupakan hasil pelatihan KFK.
Direktur F3 sekaligus Ketua Komite KFK Yedi Letedara merasa sangat senang teman-teman FFP bisa hadir dan berkolaborasi, terlebih F3 tahun ini menghimpun karya film Nusantara dengan isu beragam. ”Kami ingin membangun jejaring yang lebih luas dengan komunitas film di luar NTT. Kehadiran teman-teman FFP memicu kami untuk memutar film-film pelajar NTT di FFP,” tegas perempuan berparas ayu ini.
Malam anugerah digelar Sabtu malam, 16 Desember 2023. Kerangka layar, sound, lampu, dan pernak-pernik panggung dikeluarkan dari gedung dalam waktu yang relatif singkat. Muda-mudi dari berbagai penjuru memadati pelataran taman budaya. Selain program layar tancap, kompetisi film pelajar, kompetisi film non-pelajar, diskusi, berkumpul komunitas, dan KFK film lab.
Direktur Program FFP Nur Muhammad Iskandar menganggap, FFP dan F3 satu napas dalam berfestival dengan semangat membangun ekosistem perfilman di daerah yang berkelanjutan. ”Harapan ke depan, kami festival film serupa di Indonesia dapat terus berjejaring sehingga tercipta atmosfer perfilman kedaerahan yang kuat,” ungkapnya.
Program kunjungan ke FFP ke F3 ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dana Indonesia, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).