Bioskop Rakyat

Film Banyumasan Diputar di Hong Kong

Film Banyumasan Diputar di Hong Kong

Secara berkelompok, beberapa Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berada di Hong Kong memasuki Ruang Ramayana Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong pada Minggu siang, 13 April 2025.Puluhan PMI yang keseluruhannya perempuan itu, masih menyimpan tanya; film-film seperti apa yang akan mereka tonton dan didiskusikan?

Usai tahun 2024 lalu film-film Banyumas Raya keliling ke beberapa festival film daerah di Nusantara, kini giliran ke luar negeri. Pilihannya adalah menjumpai para Buruh Migran Indonesia di Hong Kong dalam program Bioskop Rakyat (Biora) Festival Film Purbalingga (FFP).

Konsul Muda Penerangan, Sosial, dan Budaya KJRI Hong Kong Zivya Syifa Husnayain merasa senang dengan adanya pemutaran film pendek dan dokumenter ini membantu para pekerja migran mengobati rasa rindu sekaligus bernostalgia. “Harapannya ini bisa berlanjut karena tidak hanya memberi hiburan tapi juga pengetahuan bagi WNI di sini,” ujarnya.

Film-film fiksi dan dokumenter pendek yang diputar “Yang Tergerus Waktu” sutradara Seno Aulia Wijayanto produksi Cinemadoea SMA Negeri 2

Purwokerto, “Dalan Ruwag” sutradara Vebita Saputri produksi Movieda Production SMK Darul Abror Bukateja Purbalingga, “Sepuh” sutradara Lukman Maulana produksi SWBB Kabupaten Purbalingga.

Dilanjut “Pedangan” sutradara Olivia Nur Andini produksi Hika Production SMK HKTI 2 Purwareja Klampok Banjarnegara, “Keluarga Pak Cari: Episode Penganten Cilik” sutradara Nur Muhammad Iskandar dan “Kukudan” sutradara Bowo Leksono, keduanya produksi CLC Purbalingga.

“Dari kemarin di grup WA ada berita katanya akan ada bioskop di KJRI. Saya sama teman-teman penasaran, meski ada acara, kami memilih datang menonton. Bagus, apalagi yang bikin anak-anak sekolah, bahkan saya sempat nangis karena ingat orang tua di kampung,” tutur Vina, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Cilacap usai pemutaran dan diskusi.

Turut berangkat founder CLC Purbalingga Bowo Leksono, Direktur Festival Film Purbalingga (FFP) Nanki Nirmanto, pengamat film nasional Alex Sihar, pembuat film pelajar Seno Aulia Wijayanto, dan dua pegiat CLC Purbalingga Fajar Putra Abrian dan Zandi Ivanda.

Menurut pengamat film Nasional Alex Sihar, ujung tombak diplomasi kebudayaan harusnya adalah diaspora, maka membekali pengetahuan para diaspora lewat medium film menjadi penting. “Makanya, film-film dari Banyumas Raya ke depan, penting untuk bisa diakses teman-teman diaspora di berbagai negara,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu, CLC Purbalingga lewat Bowo Leksono menyerahkan salah satu Warisan Budaya tak Benda yaitu wayang suket tokoh Anoman karya Ikhsan Yoso sebagai kenang-kenangan kepada Konsul Muda Penerangan, Sosial, dan Budaya Zivya Syifa Husnayain.

Direktur CLC Purbalingga Bowo Leksono mengatakan, memperkenalkan karya-karya film Banyumas Raya kepada Buruh Migran Indonesia yang ada di Hong Kong dirasa penting dan menarik. “Tidak hanya sebagai medium klangenan namun juga mengabarkan ada persoalan apa saja yang terjadi di kampung halaman,” tegasnya.

Program ini terlaksana atas kerjasama Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenbud), Dana Indonesiana, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), serta didukung oleh KJRI Hong Kong.

Berita Lainnya

Back to list