Distribusi

Film Purbalingga di Apresiasi di FFF Malaysia

Film Purbalingga di Apresiasi di FFF Malaysia

CLC Purbalingga diundang dan berkesempatan menghadiri Freedom Film Festival Malaysia (FFF)-Internasional Human Rights Documentary Film Festival. FFF merupakan sebuah festival film internasional yang diselenggarakan Freedom Film Network Malaysia yang fokus terhadap isu Hak Asasi Manusia.

FFF 2024 merupakan penyelenggaraan ke-20 dan diselenggarakan di PJ Live Arts Jaya One, Petaling Jaya, Malaysia. Dalam kesempatan ini, Nanki Nirmanto selaku Direktur Festival Film Purbalingga (FFP) mewakili CLC Purbalingga hadir dalam kegiatan tersebut.

Film “Kami Hanya Menjalankan Perintah, Jenderal!” (2016) karya pelajar Purbalingga hasil pendampingan CLC, turut diputar dan menjadi pemantik diskusi dalam satu program “Community Filmmaking in SEA” pada 23 Agustus 2024 pukul 02.00 waktu setempat. Pada kesempatan itu juga diputar film dokumenter pendek dari Malaysia dan Thailand.

Dalam diskusi tersebut, Nanki menyampaikan program pendampingan film pelajar sudah sejak awal berdirinya CLC. “Bahkan, saya sendiri merupakan mantan murid dampingan yang saat itu masih sekolah. Dan saat ini, saya ada di CLC dan mendampingi pelajar lainnya,” lanjutnya.

Direktur FFF Anna Har mengatakan, diselenggarakannya festival ini sejak awal mengembangkan pembuatan film dokumenter sosial dalam konteks kebebasan berekspresi terutama terkait isu Hak Asasi Manusia di Malaysia. Dan mereka menganggap apa yang dilakukan CLC di Indonesia terutama di Purbalingga dimana menjadikan film sebagai media bagi para pelajar untuk berekspresi secara bebas perlu dikenalkan ke dunia luas dan harapannya bisa diadaptasi oleh komunitas lain di dunia.

Kami mengundang CLC untuk bisa bertukar cerita dan berdiskusi, apa yang selama ini dilakukan dan dialami CLC ke dunia luas tentang betapa pentingnya film sebagai media berekspresi terutama menjadi media kampanye terkait kebebasan berekspresi. Apalagi CLC memiliki Festival Film Purbalingga yang sudah berusia 18 tahun,” terangnya.

Di hari yang sama juga diputar film “Balada Bala Sinema” karya Yuda Kurniawan yang bercerita tentang perjuangan CLC Purbalingga dalam menjalankan perannya sebagai komunitas film di Purbalingga. Setelah pemutaran film kemudian dilanjutkan sesi diskusi dimana Yuda selaku sutradara berhalangan hadir dan kemudian diwakilkan Nanki.

Menurut Ketua Perbadanan Kemajuan Filem Nasional Malaysia (Finas) Datuk Kamil Othman, ia merasa sangat kagum dengan apa yang dilakukan CLC di Purbalingga yang diceritakan di film itu. “Apa yang dilakukan CLC dengan Festival Film Purbalingga-nya menjadi sesuatu yang sangat luar biasa. Perjuangan mereka memperkenalkan dan menjalankan peran mereka sebagai komunitas film begitu terlihat dengan berbagai konflik dan rintangan yang mereka alami,” tuturnya usai sesi pemutaran.

Di pekan terakhir penyelenggaraan FFF berlangsung Malam Penghargaan. Dimana salah satu film dari Indonesia yaitu Eksil karya Lola Amaria berhasil mendapatkan penghargaan film feature dokumenter terbaik pilihan Dewan Juri. Film yang bercerita tentang kisah para pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di luar negeri pada era Soekarno dengan sangat terpaksa kehilangan hak kewarganegaraannya ketika berganti rezim ini menjadi penutup gelaran FFF tahun ini.

Berita Lainnya

Back to list