FFP 2025

Kemeriahan Malam Penganugerahan FFP 2025

Kemeriahan Malam Penganugerahan FFP 2025

Malam Penganugerahan FFP 2025 – “Tembelek” sutradara Afa Lini Abdah produksi B2Film SMKN 2 Bawang Banjarnegara menyabet Film Fiksi Terbaik Festival Film Purbalingga (FFP) 2025 dan “Wong Cilik” sutradara Danis Adinata produksi PB Creative Work  SMK Panca Bhakti Banjarnegara diganjar Film Pilihan Juri.

Pengumuman film-film terbaik dan berbagai penghargaan pada Malam Penganugerahan 19 tahun FFP di Bioskop Misbar Purbalingga, Sabtu, 2 Agustus 2025. Puluhan sutradara muda dan para pembuat film perlajar Banyumas Raya berkesempatan bersemuka para pemutar film Banyumas Raya.

“Bersyukur dan bangga sekali dengan penghargaan ini, tidak menyangka akhirnya sampai ke titik ini. Ya tinggal bagaimana film kami ini terus berkesempatan ditonton sebanyak-banyaknya orang,” ujar Afa Lini Abdah sutradara “Tembelek”.

Dewan juri kategori fiksi yaitu Anto Galon, King Wiguna, S.Kom, M.A., dan Kurnianingsih, S.Pd. Ujar salah satu dewan juri Kurnianingsih, S.Pd., kompetisi fiksi pelajar terlihat adanya kesenjangan kualitas antarfilm. “Film terbaik tidak hanya berhasil secara teknis, tetapi juga memiliki lapisan naratif yang kuat dan relevan,” ujarnya.

Sementara pada kategori dokumenter, tidak ada film terbaik. Namun juri memutuskan “Kutulan Semengkung” sutradara Baharudin Nadif produksi Senthir Production MAN 1 Banjarnegara dan “Sa Pu Cerita” sutradara Shidqul Asimah produksi Gunung Slamet Film SMAN 1 Bobotsari Purbalingga sebagai Film Pilihan Juri.

Di sisi lain, Dewan juri kategori dokumenter yaitu Dr. Edi Santoso, S.Sos., M.Si., Kurnia Yudha Fitranto, dan Giyato, S.Pd. Edi Santoso mengatakan, dewan juri dokumenter mendiskusikan dan memutuskan dengan berat hati tidak ada film terbaik. “Kami selaku dewan juri percaya program kompetisi film dokumenter pelajar ini langkah awal bagi pelajar untuk belajar dan mengeksplorasi terkait pengetahuan film di kemudian hari,” tuturnya.

Penghargaan Film Fiksi Favorit Penonton diraih “Tembelek” sedangkan Penghargaan Film Dokumenter Favorit Penonton adalah “Yang Terpanggil” sutradara Natasya Winndy Yemima produksi Dream’s Cinema SMA Negeri 1 Padamara Purbalingga.

Untuk Penghargaan Lintang Kemukus selain kategori pelaku seni tradisi dan modern berdedikasi, pada FFP 2025 ini bertambah kategori yaitu akademisi peduli kebudayaan. Hal ini dengan pertimbangan akademisi yang konsisten mengembangkan seni dan kebudayaan di lingkungan kampus.

Penghargaan pada tahun ini diberikan kepada Sukendar Hadi Sumarto, seniman tradisi asal Banyumas, Daryono Yunani, perupa asal Cilacap, dan Prof. Dr. Jebul Suroso, S.Kp., Ns., M.Kep., rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

“Penghargaan ini tentu merupakan anugerah bagi UMP sebagai perguruan tinggi yang memiliki kontribusi pada pengembangan seni budaya. Dan kami siapkan khusus untuk para pemenang untuk kuliah di UMP dengan skema rector scholarship,” ungkap Prof. Jebul Suroso.

Hadir pada kesempatan itu, Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaa Ahmad Mahendra, M.Tr.AP. dan jajarannya. Selain itu, Asisten Deputi Transformasi Kepramukaan, Organisasi, dan Komunitas Pemuda pada Deputi Bidang Pelayanan Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Dr. Ir. Hendro Wicaksono, M.Sc.Eng. Sementara pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Purbalingga tidak ada yang diundang karena tidak paham dunia perfilman yang dikembangkan anak mudanya.

Menurut Ahmad Mahendra, M.Tr.AP. FFP yang ke-19 ini memang terlihat sangat mengakar karena melibatkan berbagai seni budaya. “Meski kegiatan perfilman, namun juga mengajak seni budaya lain, yang tradisi seperti lengger, seni rupa. Dan festival ini juga memberi penghargaan kepada mereka, bahkan melibatkan pelaku UMKM,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu, ditampilkan seni tradisi Lengger Langen Budaya pimpinan Sukendar Hadi Sumarto, yang juga mengiringi setiap orang yang tampil ke panggung festival.

Direktur FFP Nanki Nirmanto mengatakan, selama tiga tahun, pemuda desa belajar mengadakan program pemutaran film layar tanjleb secara mandiri penuh. “Sementara untuk pelajar, sejak diperkenalkan dengan modul pembelajaran produksi film tahun lalu, pada festival tahun ini sudah belajar memproduksi film secara mandiri. Dan ini akan terus dilanjutkan di tahun-tahun depan,” tuturnya.

FFP 2025 yang diselenggarakan Yayasan Gairah Sinema Muda didukung Kementerian Kebudayaan, Dana Indonesiana, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Kementerian Pemuda dan Olahraga, Bioskop Misbar, dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dengan komunitas pendukung Sangkanparan Cilacap, Art Film Banjarnegara, dan Hompympa Banyumas. Serta mitra program bersama Forum Film Dokumenter, Aceh Documentary, dan komunitas fest.

Berita Lainnya