Program terakhir rangkaian Festival Film Purbalingga (FFP) 2022 digelar Lokakarya Kurikulum Perfilman Banyumas Raya dan Hasil Pemetaan FFP pada Kamis, 12 Januari 2023 di Braling Grand Hotel Purbalingga.
Lokakarya ini berupa paparan Kurikulum Perfilman Banyumas Raya yang terdiri dari Kurikulum Pelatihan Produksi Film Pelajar, Petunjuk Teknis tentang Tugas Pokok dan Fungsi Pembina Komunitas Film Pelajar, dan Petunjuk Teknis Pemutaran Film Berbasis Komunitas.
Kurikulum dengan segenap turunannya ini disusun oleh Sri Wastiwi Setyawati, M.Sn. dan Stephanus Andre Triadiputra, M.Sn., keduanya akademisi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
“Kurikulum perfilman sangat membantu kami selaku pembina sinema di sekolah karena pengetahuan perfilman kami masih rendah. Saya sendiri masih bingung dalam mengajarkan anak-anak tentang produksi film,” tutur Diah Ratna Juwita, S.Pd., guru Pembina ekskul film di SMA Negeri Kutasari, Purbalingga.
Menurut Sri Wastiwi Setyawati, selama ini peran guru pembina ekskul sinematografi sebatas urusan administrasi. “Dengan adanya kurikulum ini, ke depan diharapkan, guru pembina mampu memosisikan peran produser dalam sebuah produksi film pelajar sesuai tugas pokok dan fungsinya,” ujar Tiwi, sapaan akrabnya.
Pada pemaparan Hasil Pemetaan FFP, terdiri dari Urgensi FFP bagi Dunia Pendidikan dan Dampak Sosial, Ekonomi, dan Budaya Penyelenggaraan Layar Tanjleb FFP bagi Masyarakat Desa. Riset Pemetaan FFP ini dilakukan oleh Dr. Teguh Trianton dan Arif Hidayat, M.Hum., dari Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto.
“Dampak program Layar Tanjleb FFP dalam bidang ekonomi yaitu berkembangnya ekonomi kerakyatan. Pada prinsipnya, dimana ada keramaian di situ ada pedagang UMKM. Ini juga sekaligus ajang promosi produk lokal dan promosi desa wisata,” ungkap Arif Hidayat.
Lokakarya sehari itu dihadiri berbagai stakeholder terkait, seperti perwakilan pemerintah pusat, beberapa dinas terkait tingkat kabupaten dan provinsi, forum kepala sekolah SMA/SMK, forum kepala desa, karangtaruna, guru-guru pembina ekskul film, akademisi, jurnalis, dan pengelola festival film.
Direktur Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta Kurnia Yudha Fitranto mengatakan, hasil lokakarya ini merupakan formula yang sangat dibutuhan terutama oleh komunitas film. “Dan teman-teman di Purbalingga dan Banyumas Raya memformulasikan ini, harapannya bisa direplikasi di luar Purbalingga,” ujarnya.
Dalam sambutannya Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, S.E., B.Econ., M.M., yang dibacakan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga Tri Gunawan Setyadi, S.H., M.H., mengharapkan, hasil dari penyusunan kurikulum ini pada saatnya nanti betul-betul dapat diterapkan. “Kami akan berupaya komunikasi terkait potensi perfilman di tingkat SMA dan SMK yang saat ini di bawah kewenangan provinsi,” tegas bupati.
Lokakarya ini merupakan program Pasca FFP 2022 kerjasama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknolori (Kemdikbudristek), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), dan Program Strategis Dana Indonesiana. Selain itu, bekerjasama dengan Kedung Film Kebumen, Sangkanparan Cilacap, Art Film Banjarnegara, dan Bioskop Misbar Purbalingga.