FFP 2025

Mengenal Purbalingga Disela Festival

Mengenal Purbalingga Disela Festival

City Tour FFP 2025 – Menyusuri Purbalingga kota sambil mengenal sejarah dan denyut kehidupan masyarakat menjadi pengalaman tersendiri dalam program City Tour Festival Film Purbalingga (FFP) 2025. Kegiatan yang digelar pada Sabtu, 2 Agustus 2025 ini diikuti para nominator FFP 2025 jelang Malam Penganugerahan.

Tahun ini, dua titik yang dikunjungi adalah Pabrik Permen Davos, yang di dalamnya juga terdapat museum perusahaan legendaris itu dan Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja, tokoh pendidikan nasional asal Purbalingga.

National Sales Manager PT. Slamet Langgeng (Davos) Dwi Susanti menyambut baik kedatangan para sutradara-sutradara muda se-Banyumas Raya. “Mereka ini sangat antusias, ini adalah anak-anak muda Indonesia yang memiliki kreativitas tinggi dan mereka ternyata sudah membuat film yang tidak hanya satu tetapi banyak,” ungkapnya.

Di pabrik permen Davios, peserta diajak mengenal sejarah panjang industri rumahan yang telah bertahan lebih dari seabad. Mereka melihat langsung proses produksi, mengenal koleksi mesin kuno, dan menyimak kisah perjalanan permen legendaris ini dari masa ke masa melalui artefak yang tersimpan di museumnya. Ruang ini memperlihatkan bagaimana industri kecil dapat tumbuh seiring perubahan zaman, tanpa kehilangan identitas lokalnya.

Rafid Izhar Fadhilah mengaku senang dan terkesan dengan kunjungan tersebut. “Bisa tahu sejarah pabrik ini, berdirinya kapan, bangunannya seperti apa, pokoknya senang sekali bisa main-main dan melihat mobil klasik,” ujar sutradara film “Penebas” SMA Negeri 1 Kejobong, Purbalingga.

Perjalanan dilanjutkan ke Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja. Di sana, peserta mengenal lebih dekat sosok cendekiawan dan pejuang pendidikan yang kontribusinya besar dalam perumusan dasar-dasar sistem pendidikan Indonesia pascakemerdekaan. Di museum ini, tersimpan manuskrip, buku, dan dokumentasi perjalanan hidup Soegarda yang memperkaya wawasan peserta tentang akar intelektual kota mereka.

Pemandu museum, Sujatno mengungkapkan rasa senangnya karena para sutradara dari FFP 2025 bisa berkunjung di museum. “Alhamdulillah kegiatannya seru, menarik, dan juga antusias untuk berkunjung dari ruang pamer satu, ruang pamer dua, dan banyak yang bertanya terkait koleksi,” ujarnyanya.

“Disini kita healing tapi sambil belajar, dapat dua poin sekaligus, yang pertama pikiran kita jadi lega dan juga belajar,” ungkap Anis Maftuhah pemain film “Mengapa Ibuku Pelit” SMK Diponegoro 3 Kedungbanteng, Banyumas.

Program City Tour menjadi bukti bahwa FFP tak hanya menghadirkan pemutaran dan kompetisi film, tetapi juga menyentuhkan peserta pada identitas lokal yang kuat. Sebuah perjalanan kecil yang meninggalkan kesan besar kepada para peserta.

FFP 2025 yang diselenggarakan Yayasan Gairah Sinema Muda didukung Kementerian Kebudayaan, Dana Indonesiana, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Kementerian Pemuda dan Olahraga, Bioskop Misbar, dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dengan komunitas pendukung Sangkanparan Cilacap, Art Film Banjarnegara, dan Hompympa Banyumas. Serta mitra program bersama Forum Film Dokumenter, Aceh Documentary, dan komunitas fest.

 

 

Penulis: Rafi Maulana Putra

Editor: Bowo Leksono

Berita Lainnya