Pemutaran dokumenter “Mencari Soetedja” sutradara Bowo Leksono produksi CLC Purbalingga pada Jumat malam, 8 November 2024 di Gedung Kesenian Soetedja area Taman Budaya Soetedja Purwokerto berakhir tanpa adanya diskusi dengan penonton.
Pemberitahuan tidak adanya diskusi sangat mendadak, menjelang beberapa menit film akan diputar dan panitia tidak memberitahu alasan kenapa menghilangkan diskusi usai pemutaran.
Direktur CLC Purbalingga Bowo Leksono merasa kecewa dengan keputusan panitia secara tiba-tiba tersebut. ”Kecewa pasti. Kami datang ke pemutaran ini kan tujuannya untuk ngobrol dengan penonton, eh ditiadakan, mendadak pula,” ujar penulis skrip ”Mencari Soetedja”.
Pemutaran ”Mencari Soetedja” dalam rangkaian ”Serayu Mendayu” Festival Taman Budaya Soetedja dengan event organizer Slave of Love yang memanfaatkan mahasiswa Universitas Amikom Purwokerto menjadi volunteernya.
”Film ini sangat baik yaitu tentang seniman musik yang mendunia asli dari Banyumas dan abadi dengan karya-karyanya. Sayang, tidak ada diskusi dengan sutradara untuk mengetahui sosok Soetedja lebih jauh. Film ini penting diputar di sekolah-sekolah di Kabupaten Banyumas,” tutur Nurul Atika Rahman dari Paguyuban Kakang Mbekayu Banyumas (Pakemas).
Pada kesempatan itu, Bowo Leksono sempat mengusulkan adanya Pojok Soetedja di area Taman Budaya Soetedja. Pojok Soetedja ini berisi tentang peninggalan-peninggalan Soetedja lengkap dengan karya-karyanya agar mempermudah generasi penerus mengenal sosok Soetedja.
Pejabat Fungsional Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas Arif Rachman Achmadi, S.Sos., M.Hum. mengatakan selama ini masyarakat tahu adanya Gedung Kesenian Soetedja, namun tidak tahu siapa sosok Soetedja. ”Makanya ini awal, kami memperkenalkan dengan adanya festival ini, salah satunya dengan pemutaran film dokumenter ”Mencari Soetedja”,” jelasnya.
Festival Taman Budaya Soetedja ini digelar selama dua hari dari Jumat-Sabtu, 8-9 November 2024. Berbagai kesenian digelar, beberapa diantaranya diperlombagan antarkelompok kesenian. Festival ini digelar dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Kemdikbud RI.