Distribusi

“Wek-Wek” Juara di SODOC

“Wek-Wek” Juara di SODOC

Film “Wek-Wek” sutradara Lukman Maulana produksi SMK Negeri 1 Kaligondang Purbalingga Jawa Tengah berhasil menyabet penghargaan Dokumenter Terbaik Layar Liwet yaitu program kompetisi pelajar pada ajang Solo Documentary Film Festival (Sodoc) 2022.

Penghargaan diumumkan pada malam penganugerahan festival film dokumenter dua tahunan, Sabtu, 29 Oktober 2022. Sodoc digelar dari 26-29 Oktober 2022 di Rumah Banjarsari Surakarta. Sayangnya, sutradara film “Wek-Wek” tidak berkesempatan hadir.

“Film ini, salah satu film hasil bimbingan CLC Purbalingga. Sutradara tidak bisa di tengah-tengah kita, karena produksi film ini tidak mendapat dukungan yang baik dari pihak sekolah. Film ini seperti ‘anak yang tak diharapkan lahir’,” ujar Firman Fajar Wiguna, pegiat CLC mewakili pembuat film.

Pegiat CLC Purbalingga Firman Fajar Wiguna mewakili sutradara dokumenter “Wek-Wek” Lukman Maulana menerima penghargaan Dokumenter Terbaik Layar Liwet Solo Documentary Film Festival (Sodoc) 2022. Lukman tidak berkesempatan hadir karena filmnya tidak mendapatkan dukungan baik dari sekolah.

“Wek-Wek” berhasil unggul dari tiga finalis dokumenter pelajar lain, yaitu “Mbeksa Rasa” sutradara Lucky Nor Muzaki produksi SMK Negeri 3 Batu Jawa Timur, “Ububan” sutradara Greyza Lukyana produksi SMK Negeri 1 Karangganyam Kebumen Jawa Tengah, dan rekan satu kabupaten “Ngantih” sutradara Afifah Putri Hidayah produksi SMK Darul Abror Bukateja Purbalingga.

 

Pendekatan Intens

Menurut salah satu juri Layar Liwet Allia Damaihati menganggap, film “Wek-Wek” secara visual sangat intens meskipun dengan teknis yang terbatas.

Sementara juri lain, Fanny Chotimah menilai, “Wek-Wek” mampu membuat kekurangan menjadi kelebihan. “Film ini mampu menangkap keintiman dari subyek dan cara bertutur yang berbeda,” ungkap sutradara dokumenter “You and I” ini.

 

Dokumenter berdurasi 9 menit 24 detik ini tentang penggembala bebek bernama Sukirman. Ia menjalani pekerjaan secara dari turun-temurun. Persawahan usai panen menjadi tempat favorit bagi bebek-bebek. Sementara di rumah, Manisah, istri Sukirman mengolah sendiri telur bebek menjadi telur asin untuk dijual keliling. Sukirman dan para penggembala bebek hidup berpindah-pindah, dari satu daerah ke daerah lain.

Dokumenter “Wek-Wek” bersama dua dokumenter pelajar Purbalingga lain, yaitu “Ngantih” dan “Kesaksian Darsan” saat ini sudah masuk nominasi di Festival Film Dokumenter (FFP) 2022 Yogyakarta. Festival film dokumenter tertua di Asia Tenggara ini akan di gelar November 2022 mendatang.

Berita Lainnya

Back to list