Program Bioskop Rakyat (Biora), pemutaran film-film pelajar nominasi Festival Film Purbalingga (FFP) 2023 di SMK Al-Fatah Banjarnegara pada Sabtu, 3 Februari 2024 jam 10.00 WIB. Pemutaran digelar di ruang serbaguna dengan penonton sekitar 70 siswa dari perwakilan kelas X, XI, MTs Al-Fatah, MA Al-Fatah, SMP IT Tunas Bangsa, dan SMP Negeri 5 Banjarnegara.
Kepala SMK Al-Fatah Banjarnegara Muhamad Arifin, S.E. mengatakan, FFP keren dan luar biasa karena memberikan cara pandang baru pada anak-anak kami tentang bagaimana mereka melihat kondisi sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dari masyarakat dengan menggunakan media film. ”Anak-anak kan paling suka dengan menonton film, karena itu ini media yang menurut kami memantik cara berpikir mereka dengan cara yang menyenangkan,” tuturnya.
Ada tujuh judul film pelajar yang diputar dan diapresiasi, antara lain ”Mak.. Bali”, ”Mantu Kiai”, ”Lahan Sejarah”, ”Durma”, ”Percakapan Hampa”, ”Dalan Ruwag”, dan ”Pedangan”.
Menurut salah satu penonton Semdy Ardhi Suwarna, acara ini sangat menghibur dan menginspirasi anak-anak muda dalam hal ini siswa. ”Dan yang saya dapatkan pengalaman dan motivasi agar ke depan kami bisa kreatif dalam berkarya,” jelas siswa kelas XI jurusan Teknik Otomotif.
Pengembangan Skenario
Di ruang lain, diadakan bimbingan singkat (coaching clinic) terkait pengembangan ide film fiksi pendek dan dokumenter pendek menjadi skenario yang layak diproduksi. Selain siswa dari SMK Al-Fatah Banjarnegara yang mengajukan skenario dokumenter pendek, coaching clinic tersebut juga memberi kesempatan kepada siswa MAN 1 Banjarnegara yang mengajukan skenario fiksi pendek.
”Sangat menarik dan sangat membantu kami. Jadi kami bisa semakin mendalami dalam mengembangkan ide sampai ke skrip atau skenario. Bagaimana menciptakan cerita dengan alur yang menarik dan mampu mengedukasi penonton,” ungkap Keyzia Faninda Putri kelas XI jurusan Perkembangan Perangkat Lunak dan Game.
Skrip dokumenter dari SMK Al-Fatah terkait fenomena sholawatan yang digandrungi anak muda bahkan anak-anak dengan membawa bendera yang super besar. Sementara skenario fiksi dari MAN 1 tentang kehidupan orang tua dalam hal ini ibu dengan anak lelakinya yang masih usia SMA yang cenderung nakal.
Guru Pembina ekstrakulikuler sinematografi SMK Al-Fatah Andara Diva Widya Ningtyas mengatakan, kegiatan coaching clinic ini sangat membantu siswa dalam mengembangkan ide menjadi skrip atau skenario yang layak diproduksi. ”Kami sudah mulai riset dan masih terus dikembangkan,” katanya.
Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dana Indonesia, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).