Program Bioskop Rakyat (Biora), pemutaran film-film pelajar nominasi Festival Film Purbalingga (FFP) 2023 di SMK Cokroaminoto 2 Banjarnegara pada Rabu, 7 Februari 2024 jam 10.00 WIB. Pemutaran digelar di aula sekolah dengan penonton sekitar 80 siswa dari kelas X, XI, dan XII jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) dan siswa SMP Negeri 2 Bawang Banjarnegara.
”Kami menyambut baik Biora FFP karena siswa antusias mengikuti dan menonton film-film yang diputar. Karena di SMK Cokroaminoto 2 Banjarnegara ini ada jurusan DKV dan ekskul film, akan menambah pengalaman dan ilmu perfilman. Jadi ini sangat menunjang kegiatan akademik,” tutur Kepala SMK Cokroaminoto 2 Ngusman, M.Pd.
Ada tujuh judul film pelajar yang diputar dan diapresiasi dengan sangat antusias, antara lain ”Lahan Sejarah”, ”Durma”, ”Percakapan Hampa”, ”Dalan Ruwag”, ”Mak Bali..”, ”Mantu Kiai”, dan ”Pedangan”.
Menurut Turni Puji Astuti kelas XI jurusan DKV 2, kegiatan Biora ini seru dan asik karena film-film yang diputar menarik. ”Kami jadi mendapatkan banyak pelajaran ya dari film-film yang diputar dan semoga kami dan teman-teman juga bisa bikin film,” ujarnya.
Pengembangan Skenario
Di ruang dan gedung lain, diadakan bimbingan singkat (coaching clinic) terkait pengembangan ide film fiksi pendek dan dokumenter pendek menjadi skenario yang layak diproduksi.
Selain siswa dari SMK Cokoroaminoto 2 Banjarnegara, coaching clinic tersebut juga memberi kesempatan kepada siswa SMA Negeri 1 Purwanegara, SMK Negeri 2 Bawang, dan SMK HKTI 1 untuk ikut serta.
Salah satu peserta coaching clinic Rafael Ari Firmansyah mengatakan, seru karena ia dan teman-teman jadi tahu kesalahan dan kekurangan dalam menyusun tahapan skenario. ”Dalam pengembangan cerita ke skenario film harus benar-benar dipikirkan realitanya seperti apa, jadi jangan sampai timpang dan aneh,” ungkap siswa kelas XI jururan DKV 2.
Seluruh peserta dalam membuat cerita kurang utuh karena seperti tidak terbayangkan film jadinya akan seperti apa. Apalagi ide dari SMK HKTI 1 Purwareja Klampok Banjarnegara, yang mengangkat dokumenter korban yang sempat hilang di Gunung Merapi. Tampak akan kesulitan dalam mewujudkan visualnya disamping lokasi yang jauh.
Sementara Guru Pembina Ekstrakulikuler Sinematografi SMK Cokroaminoto 2 Galuh M. Kristianto, S.E. mengatakan, program ini mampu membuat anak-anak mendalami film-film pendek, dokumenter dan fiksi. ”Harapannya proses kegiatan membuat film ini bisa berkelanjutan dan bagi sekolah kami dan sekolah di Banjarnegara pada umumnya mampu menciptakan film yang baik,” jelasnya.
Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dana Indonesia, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).