Bioskop Rakyat

Purbalingga Memutar “K.H. Ahmad Dahlan Sang Pembaharu”

Purbalingga Memutar “K.H. Ahmad Dahlan Sang Pembaharu”

Terik mentari dan langit cerah bertahan hingga sore dan pada malamnya, bintang gemintang menghiasi langit. Ratusan penonton dari warga Muhammadiyah Purbalingga, pelajar, pegiat perfilman, seniman, dan lainnya memadati tribun Bioskop Misbar Purbalingga.

Malam itu, Bioskop Rakyat (Biora) Festival Film Purbalingga (FFP) 2022 memutar film dokumenter “K.H. Ahmad Dahlan Sang Pembaharu” sutradara Yuda Kurniawan produksi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Rekam Films, Sabtu, 17 Desember 2022.

Dalam sambutannya Direktur FFP Nanki Nirmanto mengatakan, film sebagai media dakwah yang mutakhir. “Untuk itu, kami CLC Purbalingga, sejak 2006 konsisten menyuarakan berbagai hal dengan media film,” tegasnya.

Film dokumenter berdurasi 56 menit ini menggambarkan perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dalam membangun Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern yang telah memiliki sejarah panjang dan banyak berkontribusi bagi kehidupan Bangsa dan Negara Indonesia.

Muhammadiyah di usianya yang ke-110 tahun telah menjadi salah satu organisasi Islam tertua dan terbesar di Indonesia yang masih eksis hingga hari ini. Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan reformisme dan modernisme Islam, yang menunjukan gerakan pembaruan dalam dakwah dan pemikiran yang sesuai dengan tantangan zaman sekaligus memberikan jawaban Islam sebagai agama yang berkemajuan.

Usai pemutaran digelar diskusi bersama Yuda Kurniawan dan Wakil Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Kabupaten Purbalingga Imam Yulianto. Yuda mengatakan, pemutaran di Purbalingga ini merupakan yang kedua setelah pemutaran di Muktamar Muhammadiyah 2022 di Surakarta, beberapa waktu lalu.

“Muhammadiyah sangat sadar dokumentasi dan literasi. Ini sangat membantu kami sebagai pembuat film dokumenter. Keterbatasan durasi, menjadikan film ini belum lengkap betul, artinya terbuka untuk terus dibuat filmnya,” tutur Yuda.

Sementara Imam Yulianto memaparkan, bahwa setelah organisasi Muhammadiyah didirikan, enam tahun kemudian didirikan di Kabupaten Purbalingga yaitu pada 1918. “Setelah menonton film ini, sepertinya perlu dibuat film khusus sejarah Muhammadiyah di Purbalingga,” ujar salah satu aktifis ini.

Imam melanjutkan, penting film ini diputar di sekolah-sekolah dan di masyarakat. “Pemutaran di Bioskop Misbar ini tentu jauh dari cukup, karena masih banyak warga Muhammdiyah yang belum tahu tentang sejarah Muhammadiyah dan film sangat efektif,” terangnya.

Salah satu penonton, Risna Mugi Rahayu mengatakan, menonton film ini sangat menambah wawasan terkait kemuhammadiyahan. “Anak-anak zaman sekarang kan malas baca buku apalagi tentang sejarah, film jadi semacam jembatan untuk belajar sejarah dengan lebih mudah,” ungkapnya.

Pemutaran ini merupakan program Pasca FFP 2022 kerjasama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknolori (Kemdikbudristek), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), dan Program Strategis Dana Indonesiana. Selain itu, bekerjasama dengan Kedung Film Kebumen, Sangkanparan Cilacap, Art Film Banjarnegara, dan Bioskop Misbar Purbalingga.

Berita Lainnya

Back to list