Bioskop Rakyat

Biora di SMK Dr. Soetomo Cilacap

Biora di SMK Dr. Soetomo Cilacap

Program Bioskop Rakyat (Biora), pemutaran film-film pelajar nominasi Festival Film Purbalingga (FFP) 2023 di Kabupaten Cilacap giliran di SMK Dr. Soetomo pada Senin, 22 Januari 2024 jam 10.00 WIB.

Wakil Kepala Sekolah Afif Al-Muharrom, S.T.,M.Pd. merasa sangat bersyukur kedatangan program Biora yang tentunya sangat bermanfaat terutama bagi jurusan DKV dan Multimedia. ”Karena jurusan-jurusan ini juga bergelut dengan bidang perfilman sehingga bisa belajar dengan sungguh-sungguh dan berkesempatan bertemu dan belajar dengan praktisi perfilman di Banyumas Raya ini,” jelasnya.

Adapun materi yang diputar ada delapan film pelajar, yaitu ”Putra”, ”Nyengir”, ”Cai Kahuripan”, ”Tari Enggreng”, ”Dalan Ruwag”, ”Percakapan Hampa”, ”Mantu Kiai” dan ”Pedangan”.

Penonton dikerahkan dari tiga kelas sekaligus, yaitu kelas X, XI, dan XII jurusan Multimedia. Mereka tampak antusias dalam mengapresiasi film produksi sesama pelajar.

”Setelah menonton film, kami jadi termotivasi. Tentu motivasi untuk membuat film, terutama untuk kebutuhan UKK (Uji Kompetensi Keahlian-red) besok. Saya suka dengan film berjudul Pedangan, ceritanya ringan tapi penuh makna,” tutur Dhea Aqyla Widia Pambudi kelas XII jurusan Multimedia.

Pengembangan Ide Cerita

Berbarengan pemutaran Biora, digelar pula bimbingan singkat (coaching clinic) terkait pengembangan ide film fiksi pendek dan dokumenter pendek. Dari beberapa ide yang ditawarkan, masing-masing masih mengandung kelemahan sehingga masih banyak butuh referensi dan informasi.

Aldo Zidan Pratama, siswa yang turut coaching clinic mengatakan, tidak gampang dalam membuat ide yang layak untuk dibuat film butuh bacaan dan tontonan yang lebih banyak. ”Dengan kegiatan ini, kami berkesempatan mengasah kemampuan dalam membuat skenario dan skrip,” ujar siswa kelas XI jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual).

Ide-ide yang masih lemah, sebenarnya berpotensi untuk difilmkan. Pada ide fiksi pendek, siswa sudah cukup mampu mengembangkan bentuk cerita, namun masih lemah dalam pengembangan konflik. Sementara pada ide dokumenter, informasi dari riset sekunder masih sangat lemah.

Guru Pembina Ekstrakulikuler Sinematografi Najlaa’ Fi Maulidya Nabilah, A.Md., menganggap tidak mudah bagi anak-anak menciptakan ide yang baik untuk langsung diproduksi. ”Seringnya menonton film dan membaca buku cerita memang menjadi penting agar informasi, pengetahuan, dan imajinasi anak tumbuh dengan baik,” ungkap guru pengajar mata pelajaran perfilman.

Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dana Indonesia, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Berita Lainnya

Back to list