Distribusi

“Ebeg Sejoli” Terbaik di FFD 2023

“Ebeg Sejoli” Terbaik di FFD 2023

“Seneng, bangga, terharu, campur aduk. Antara ngga nyangka dan nyangka. Ngga nyangkanya dokumenter pelajar yang lain kan juga bagus-bagus, apalagi yang dari Aceh itu. Terus nyangkanya ya, mbatin aja, masa si observasional, bikinnya kan susah dan lama,” demikian Kartika Tri Wardani sutradara ”Ebeg Sejoli” produksi Hika Production SMK HKTI 2 Purwareja Klampok, Banjarnegara usai menerima penghargaan Festival Film Dokumenter (FFD) 2023, Sabtu malam, 9 Desember 2023, di eks-Bioskop Permata Yogyakarta.

Meski demikian, Tika merasa belum puas dengan dokumenter karya dia dan teman-temannya. ”Saat diputar di Festival Film Purbalingga (FFP) dan di FFD ini, saya merasa film saya ini belum selesai deh. Tapi waktu produksi film, bagi kami pelajar, kan memang terbatas,” tuturnya.

Selain ”Ebeg Sejoli”, empat film nominasi pelajar FFD tahun ini, yaitu ”Sang Penyair”, ”Jingki” keduanya dari Nangroe Aceh Darussalam, ”PTU” dari Probolinggo, dan ”Wani Ngembeg” sesama dari Banjarnegara.

Sutradara ”Wani Ngembeg” Erwin Ramadhan mengatakan, karyanya masuk menjadi nominasi rasanya sudah luar biasa senang. ”Karena ini film pertama yang kami produksi dan bisa masuk FFD, sudah luar biasa. Dan ikut senang yang menjadi terbaik masih satu kabupaten,” ujar pelajar SMK Negeri 2 Bawang Banjarnegara.

”Dua Sejoli” berkisah tentang Febri dan Puspa, keduanya masih duduk di bangku SMK. Febri menyukai kesenian tradisi Ebeg (kuda lumping) pun Puspa. Febri merupakan anggota Grup Ebeg ”Turonggo Budoyo” Desa Pulasari, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara. Febri memiliki indang (makhluk astral yang merasuk tubuh manusia), demikian dengan Puspa. Namun, Puspa hanya boleh trans bila Febri tidak trans agar Puspa dalam lindungan Febri. Mereka berdua anak-anak muda yang turut melanggengkan seni tradisi.

Menurut salah satu juri dokumenter pelajar FFD Manuel Alberto Maia, paling utama dari dokumenter ”Ebeg Sejoli” adalah keberanian mengeksplor, yaitu cara bertutur dengan pendekatan observasi. ”Film ini menghadirkan cerita yang sederhana tapi mendalam, dekat dengan subyeknya dan tidak berjarak. Alhasil mereka tidak hanya menghasilkan cerita, tapi juga eksplorasi visual yang detail dan mendalam,” tutur pembuat dokumenter yang disapa Abe ini.

Lebih jauh Abe berharap, medium film pendek dokumenter pendek itu medium yang sangat merdeka. ”Jadi kita tidak harus terpola dengan dokumenter harus kayak gini, tapi coba eksplorasi segila-gilanya, eksplorasi seliar-liarnya, gitu sih,” jelas pemuda asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Festival Film Purbalingga (FFP) memberi hadiah kepada dokumenter ”Ebeg Sejoli” dengan mengajak sutradara ke Flobamora Film Festival Kupang, NTT, pekan depan. Film itu akan diputar bersama film pemenang dan nominasi FFP 2023 lainnya.

Berita Lainnya

Back to list