Festival Film Purbalingga (FFP) kali ini menjalankan program kemitraan dengan Festival Film Dokumenter (FFD) 2023 yaitu memutar dan mendiskusikan film pelajar Banyumas Raya di perayaan FFD dengan program bertajuk ”Souvenirs from Banyumas Raya” pada Kamis siang, 7 Desember 2023 di eks-Bioskop Permata Yogyakarta.
Pada kesempatan itu, diputar tiga film dokumenter pelajar yang sempat menjadi Film Dokumenter Pelajar Terbaik FFD di masanya sekaligus Film Dokumenter Pelajar Terbaik FFP.
Ketiga film itu adalah ”Penderes dan Pengidep” (2014) sutradara Ahmad Ulfi produksi Papringan Picture, ”Korban Bendung Menganti” (2015) sutradara Nur Hidayatul Fitria produksi Dangerous Production, ”Tambang Pasir” (2019) sutradara Sekar Ayu Kinanti produksi Sabuk Cinema, dan video ”Perjalanan Festival Film Purbalingga”.
Usai pemutaran digelar diskusi menghadirkan Direktur CLC Purbalingga sekaligus Penasihat FFP Bowo Leksono dan sutradara ”Tambang Pasir” Sekar Ayu Kinanti dengan moderator Suluh Pamuji, direktur eksekutif KDM Cinema.
Salah satu perupa penting asli Purbalingga dan tinggal di Yogyakarta yang berkesempatan hadir Ugo Untoro merasa bangga sekali bahwa film digunakan para siswa menjadi bahasa penyampai keresahan. “Sebagai medium seni, film sangat tepat bagi anak muda mengungkapkan pikiran dan keresahannya, lebih memasyarakat. Dan senang ketika bahasa Banyumasan digunakan komunikasi dalam film,” ujarnya.
FFD, bagi para pelajar pembuat film dokumenter Banyumas Raya (Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap, dan Banyumas), bagaikan ”Kabah”. Bila sampai menjadi yang terbaik di festival dokumenter tertua dan terbesar di Asia Tenggara itu, seperti ”naik haji”. Bila hanya sampai nominasi, mereka seperti umroh. Sebuah festival yang wajib dan penting untuk diikuti.
”Seneng banget, dokumenter saya yang sempat diputar dan didiskusikan terus menjadi yang terbaik, sekarang berkesempatan diputar dan menjadi materi diskusi kembali. Proses dalam memproduksi film, yaitu riset, berguna bagi saya saat kuliah sekarang ini,” tutur Sekar Ayu Kinanti, mahasiswa semester VII jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta.
Saat program pemutaran dan diskusi film pelajar Banyumas Raya yang pernah menjadi Terbaik di FFD itu, dua dokumenter pelajar Banyumas Raya sedang berjuang di program kompetisi pelajar.
Direktur FFP Nanki Nirmanto mengatakan, dari awal, FFD merupakan festival yang penting bagi Banyumas Raya. ”Festival yang menjadi barometer perkembangan dokumenter, terutama bagi pelajar,” jelasnya.
Sementara menurut Kurnia Yudha Fitranto, Direktur FFD, Banyumas Raya yang dimotori Purbalingga, merupakan daerah yang konsisten dalam memproduksi dokumenter terutama pelajar. ”Apalagi sekarang, mereka diperkuat dengan adanya kurikulum perfilman yang bisa digunakan oleh guru-guru di sekolah. Itu langkah yang sangat baik,” pungkasnya.