Akademi Komunitas Cablaka disepakati sebagai nama akademi perfilman di wilayah Banyumas Raya. Kesepakatan ini merupakan rangkaian gelaran Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Naskah Akademik Lembaga Pendidikan Formal Akademi Komunitas di Villa Lawang Ombo Baturraden Banyumas, pada Jumat-Minggu, 14-16 Februari 2025.
Selain anggota Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) yaitu dari CLC Purbalingga, Sangkanparan Cilacap, Art Film Banjarnegara, dan Hompimpaa Banyumas, juga narasumber akademisi jurusan perfilman Dr. Tito Imanda dan Sri Wastiti Setyawati, S.Sn.,M,Sn. serta fasilitator yang juga akademisi Dr. Tri Adi Sumbogo dan Dr. Muslikhin.
Akademisi ISI Yogyakarta Dr. Tito Imanda mengatakan, selama ini orang berpikir bahwa proses pengajuan izin Akademi Komunitas itu sulit ternyata tidak sesulit itu, tapi sekaligus ada hal-hal yang kita pikir mudah ternyata tidak semudah itu. “Melihat bahwa persyaratan dan prosedur pengajuan izin Akademi Komunitas yang barangkali berubah-ubah membuat kita menyesuaikan diri. Ya harapannya semua lancar sehingga kita bisa segera memulai,” ujarnya.
Menurut dosen ISI Surakarta Sri Wastiti Setyawati, S.Sn.,M,Sn., pihaknya mencoba membaca dari visi misi dan profil Akademi Komunitas, akhirnya hasil diskusi panjang, lulusan tidak hanya berhenti di diploma II tapi memungkinkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. “Akhirnya ada kesepakatan nama Program Studi adalah Produksi Film dan Televisi,” ungkapnya.
Sebagai strategi keberlanjutan Yayasan Gairah Sinema Muda (GSM) dan tindak lanjut rekomendasi hasil pemetaan strategi keberlanjutan pelembagaan Festival Film Purbalingga (FFP) yang dilakukan Yayasan Penabulu terhadap GSM (CLC Purbalingga) terkait pendirian lembaga pendidikan formal, maka diperlukan agenda FGD dan Lokakarya terkait persiapan dan penyusunan rencana kerja pendirian lembaga pendidikan formal serta penyusunan naskah akademik untuk Akademi Komunitas.
“Sebagai tindak lanjut FGD sebelumnya, kami mengadakan survei untuk melihat bagaimana minat pelajar SMA/SMK/MA di Banyumas Raya, 49 persen lebih pelajar tertarik bergabung jika ada Akademi Komunitas. Hasil survei dari kepala desa di Banyumas Raya juga ada harapan bagaimana akademi ini dapat segera terealisasikan,” tutur dosen Binus International Dr. Tri Adi Sumbogo.
Sementara Dr. Muslikhin mengatakan, yang menarik adalah ini Akademi Komunitas film pertama dengan ciri khas lokal yang kuat. “Selain itu diharapkan nanti bisa memproduksi film atau konten mendekati kualitas industri dengan ciri khas Banyumasan selain lulusannya mampu membangun usaha rintisan,” katanya.
Kegiatan ini berhasil menyusun dokumen-dokumen kelengkapan pendaftaran Akademi Komunitas, antara lain studi kelayakan, rancangan statuta, rancangan program akademik, rancangan rencana strategis, rancangan sistem jaminan mutu internal, dan draft daftar kurikulum dan silabus program studi. Mesti masih terus butuh penyempurnaan, namun setidaknya gambaran sudah mewujud.
Direktur FFP Nanki Nirmanto mengatakan, FGD kali ini pembahasannya jauh lebih konkrit karena lebih krusial. “Komunitas film berjejaring dengan pihak kampus dan akademisi film sangat penting, apalagi komunitas film yang berencana mendirikan kampus film di daerahnya,” ujarnya.
Program ini terlaksana atas kerjasama Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenbud), Dana Indonesiana, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), serta didukung oleh Sangkanparan Cilacap, Art Film Banjarnegara, dan Hompimpaa Banyumas.